Kegawatdaruratan obstetrik
Jangan
lupa berdoa dulu ya....
Ngomong
ngomong masalah kegawatdaruratan obstetrik pasti akan berhubungan dengan
persalinan dan Angka Kematian Ibu (AKI) akibat beberapa keadaan saat
melahirkan. Beikut angka kematian ibu di indonesia:
targetkan
angka kematian ibu pada tahun 2015 sesuai MDG sebesar 102, namun menurut dr.
Nurhadi data terakhir menyebutkan bahwa angka kematian ibu meningkat hingga
280-300/100000 kelahiran.
Penyebab
kematian ibu di Indonesia dengan urutan dari yang paling besar yaitu
1.
Perdarahan.
Bila terjadi perdarahan yang parah diperkirakan ibu akan meninggal dalam
hitungn detik/menit.
2.
Hipertensi.
Terjadinya preeklamsi dan eklamsi berhubungan dengan tingginya tekanan darah
ibu hamil. Diperkirakan ibu akan menignggal dalam hitungan jam.
3.
Infeksi.
Berkaitan erat dengan penanganan post partum.
4.
Abortus.
Kematian biasanya karena penangannya yang tidak dilakukan oleh tenaga medis
yang memadai.
5.
Partus
lama.
Hal
ini berbeda dengan keadaan diluar negeri yang mana penyebab kematian ibu
terbanyak adalah HT, infeksi dan trombosis.
Itu
beberapa penyebab langsung kematian ibu di indonesia tinggi. Tapi ada beberapa
penyebab tidak langsung dari kematian ibu yaitu 3 terlambat dan 4 terlalu.
Sekarang
kita bahas penyebab yang terbanyak kematian ib.
Perdarahan pasca lahir
Perdarahan
pasca lahir adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih setelah
melahirkan. Ketika perdarahan ini
terjadi dalam waktu 24 jam pertama maka disebut Perdarahan pasca lahir primer
sedangkan perdarahan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam sampai 6 minggu.
Ada beberapa penyebab yaitu 4T :
Penyebab
1, 2, dan 4 biasanya terjadi pada perdarahan primer kalau penyebab 3 terjadi
pada sekunder.
Lalu bagaimana penangannya? Berdasarkan buku
handbooks of obstetric and gynaecology oleh Leo R Leader adalah sebagai berikut
1.
Berikan
ergometrin (0,25 mg) IM/IV kecuali pada kasus hipertensi
2.
Pasang
IV line dan tambahkan 40 unit syntocinon/ pitocin dalam satu liter RL.
3.
Lakukan
pemeriksaan golongan darah.
4.
Periksa
tanda atoni uterus. Jika ada pijat fundus uterusnya yang akan menstimulus kontraksi
uterus.
5.
Llihat
perineum dan vagina apakah ada robek atau laserasi yang menyebabkan perdarahan.
6.
Lihat
plasenta apakah utuh(cotyledons, succenturiate lobes dan membran fragmen).
7.
Pastikan
kandung kemih kosong. Karena jika penuh akan menghambat kontraksi uterus.
8.
Jika
curiga akan adanya plasenta dalam uterus, lakukan anestesi. Lakukan eksplorasi
dan pengambilan secara manual. Jika tidak ada plasenta, bladder sudah kosong
dan uterus sudah berkontraksi tapi masuh ada perdarahan kita harus mencurigai
adanya perdarahan lokal jalan lahir.
9.
Kalau
tidak ditemukan sumbernya lalu lakukan cek pembekuan darah
10.
Ketika
kontraksi tidak adequat, curigai ruptur uterus atau ada produk kehamilan yang
ketinggalan
11.
Terakhir,
pastikan laserasi vagina dan perineum telah dijahit baik agar tidak terjadi
perdarahan pasca lahir yang memanjang.
Hipertensi
(preeklamsi-eklamsi)
Adalah penyakit yang berkaitan dengan adanya
jaringan trophoblast. Insidensinya lebih tinggi pada orang yang memiliki
jaringan trophoblast lebih banyak misalnya DM, kembar, dan mola hidatidosa yang
besar.
Untuk mendiagnosis
yaitu dengan adanya trias preeklamsi yaitu hipertensi, oedema
menyeluruh, dan proteinuria. Dengan dua yang pertama akan tampak sebelum
mengalami proteinuria dan biasanya terjadi penambahan berat badan karena
oedema. Secara singkat diagnosis sebagai berikut:
Yang penting dalam hipertensi kehamilan adalah
pengawasan dan pencegahan terjadinya eklamsi. Ketika ada riwayat terjadinya
preeklamsi, hipertensi atau penyakit ginjal, atau riwayat keluarga yang sama
maka kemungkinan terjadi eklamsi lebih besar. Sebaiknya dilakukan cek up secara
rutin terhadap berat badan, tekanan darah, dan urin selama kehamilan. Dan
memberi edukasi tentang preeklamsi eklamsi terhadap keluarga pasien.
Penanganan untuk hipertensi tanpa proteinuria dan
preeklamsi ringan jika kehamilan < 37 minggu perlu adanya pengawasan tekanan
darah, proteinuria, dan kondisi janin. Pembatasan diet tidak disarankan karena
akan membahayakan janin serta disarankan untuk banyak istirahat. Dilakukan
pengawasan secara rawat jalan 2 kali seminggu. Jika tidak memungkinkan rawat
jalan, maka bisa dirawat dirumah sakit agar pengawasan lebih intensif. Jika
kehamilan > 37 minggu pertimbangkan untuk dilakukan terminasi.
Untuk preeklamsi berat dan eklamsi merupakan
kegawatdaruratan obstetrik. Penanganan untuk keduanya sama kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
eklamsi.
Penanganan umum
Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan
antihipertensi sampai tekanan 90-100 mmHg. Pasang infus RL dengan jarum besar. Nilai
keseimbangan cairan jangan sampai kelebihan. Kateterisasi untuk menilai cairan
tubuh dan proteinuria. Awasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin
setiap 1 jam. Auskultasi paru penting untuk mengetahui adanya edema paru.
Lakukan pemeriksaan pembekuan darah untuk persiapan kelahiran.
Penanganan kejang
Beri obat antikonvulsan (magnesium sulfat),
perlengkapan untuk penanganan kejang (perlengkapan gawat darurat ABC), lindungi
pasien dari trauma, beiri oksigen bila perlu.
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap ketika terjadi
oliguria, adanya sindrom HELLP(haemolysis, elevated liver enzymes, low
platelet), koma lebih dari 24 jam setelah kejang.
Infeksi
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah
persalinan disebut infeksi nifas. Angkan kematian ibu akibat infeksi nifas
cukup tinggi baik d indonesia maupun di inggris. Suhu 38o C atau
lebih terjadi antara hari 2-10 postpartum dan diukur peroral setidaknya 4 kali
sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. yang penting adalah mencegah
terjadinya shock septik yang mengancam nyawa. Bakteri yang menjadi patogen
antara lain E. Coli, bacteriodes, clostridium, klebsiella yang bisa menginfeksi
beberapa organ tubuh seperti penumonia, UTI, endometriosis dll.
Beberapa faktor predisposisi adalah malnutrisi,
anemia, kebersihan, kelelahan, proses persalinan bermasalah (partus lama,
korioamnionitis, trauma persalinan, manipulasi yang berlebih)
Penanganan umum
Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan
masalah proses kelahiran) yang mungkin menjadi penyulit/komplikasi dalam masa
nifas. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif untuk infeksi nifas
(tentukan penyebab dan penggunaan anti biotik yang sesuai), edukasi pasien dan
keluarga tentang gejala infeksi nifas ini. Berikan hidrasi secara oral/IV
secukupnya.
Sistem
rujukan
Sistem rujukan obstetrik di Indonesia yaitu dengan
Poned dan Ponek dengan pembagian kompetensi seperti di tabel. Nah yang terjadi
selama ini di Indonesia adalah tidak adanya koordinasi antara dokter dan bidan
dalam penanganan persalinan di puskesmas. Biasanya yang mengurusi kehamilan
hanyalah bidan sedangkan dokter mengurusi pasien yang berobat dengan penyakit
lain. Padahal persalinan adalah tanggung jawab bersama apalagi ketika terjadi
hal yang tidak diinginkan dalam persalinan seperti perdarahan dokter harusnya
ikut turun tangan.
“Langkah
awal dalam menempuh keridloan Tuhan yaitu dengan cara memuliakan ibu yang
melahirkan kita. Karena surga ada ditelapak kaki ibu dan cinta sejati yang
tidak pernah mati adalah cinta seorang ibu terhadap anaknya”
Komentar
Posting Komentar